Senin, 08 Oktober 2018

Akankah selamanya ikan dipaksa untuk memanjat pohon?


Pada awalnya, saya mengira bahwa sistem pendidikan yang kita jalani saat ini adalah yang paling efektif untuk diberikan di setiap sekolah di Indonesia. Namun setelah saya menilik pada system pendidikan di Finlandia, saya berfikir bahwa ada beberapa aspek yang perlu dirubah dalam sistem pendidikan di Indonesia.


Sistem pendidikan di Finlandia setidaknya mengatakan sebuah perumpamaan ikan dan pohon, dimana sepandai-pandainya ikan, tidak mungkin dapat memanjat pohon. Sama halnya dengan peserta didik di kelas yang kita ibaratkan sebagai ikannya, sedangkan kurikulum sebagai pohonnya. Tidak semua peserta didik dapat memanjat pohon walaupun mungkin diantaranya terdapat anak yang pandai berenang. Tidak semua anak dapat mencapai kurikulum yang sudah ditetapkan walaupun mereka sangat berbakat dalam satu pelajaran. Mereka memiliki kemampuan dan kelemahan masing-masing yang tidak dapat ditentukan dengan satu kurikulum. Masing-masing anak membutuhkan layanan pendidikan yang sesuai dengan porsinya tanpa memaksa diluar kemampuan mereka.

Jika dilihat lagi dari aspek lain, sistem pendidikan yang kita pakai ini sebenarnya benar-benar kuno. Kita lihat beberapa penemuan teknologi modern saat ini yang terlahir dari benda yang sangat kuno jika dilihat pada saat ini. Coba kita lihat telepon saat 150 tahun yang lalu, pasti sangat berbeda dengan yang kita pakai saat ini. Coba kita lihat mobil mewah saat ini yang didesain sedetail mungkin dengan bentuk yang benar-benar elegan, sekarang bandingkan dengan mobil saat 150 tahun yang lalu, pasti sangat berbeda. Sekarang kita lihat kondisi kelas 150 tahun yang lalu dan bandingkan dengan kondisi kelas saat ini, hampir tidak ada perubahan, dari posisi duduk peserta didiknya, pendidiknya, pengajarannya. Jadi kita bisa melihat bahwa kita sudah berada di era modern, namun masih menggunakan sistem pendidikan yang terbilang kuno tanpa banyak inovasi yang terjadi.

Melihat semua perumpamaan dari kondisi pendidikan saat ini, ada baiknya jika kita berinovasi untuk setidaknya meningkatkan kualitas pendidikan yang ada. Ada baiknya jika kita memberikan pendidikan pada peserta didik dengan kemampuan dan kelemahan yang berbeda setiap anaknya. Ada baiknya kita merubah metode ceramah yang banyak digunakan di sekolah yang ada menjadi metode diskusi. Ada baiknya kurikulum lebih fleksibel lagi dengan kondisi nyata di lapangan. Ada baiknya menciptakan suasana belajar lebih menyenangkan agar peserta didik merasa nyaman dengan proses belajar yang mereka lakukan sehingga menciptakan kondisi efektif bagi peserta didik untuk menyerap hasil pembelajaran yang didapat.

Terakhir, saya mengajak kepada semua pembaca untuk terus berinovasi agar pendidikan di dunia, terutama di Indonesia semakin efektif dan meningkatkan kualitas generasi penerus semakin menjadi baik dan semakin baik lagi untuk kedepannya. Terimakasih telah membaca artikel ini, semoga bermanfaat bagi kalian semua dan selamat siang.

#strategipembelajaranabk#plbuninus

Sabtu, 29 September 2018

Teori Perkembangan Kognitif Menurut Jean Piaget


Teori perkembangan kognitif menurut Jean Piaget terbagi menjadi 4 tahapan berpikir. Tahap sensori-motor, praoperasional, operasional konkret dan operasional formal.

Tahap sensori-motor yang terjadi pada usia 0-2 tahun terbatas pada gerak refleks, bahasa awal dan ruang waktu yang sedang terjadi. Tahapan ini biasa disebut masa discriminating dan labeling. Tahap ini biasanya ditandai dengan rasa ingin tahu anak untuk menyentuh benda-benda di sekitarnya untuk mengetahui perubahan yang terjadi atas perbuatannya. Disini anak masih menggunakan benda konkret dalam pembelajarannya.

Tahap praoperasional pada usia 2-7 tahun dimana anak mulai mencoba mengembangkan kemampuannya dalam menerima rangsangan dari luar, mulai dari bahasa, audio maupun visualnya. Tahapan ini biasa disebut masa intuitif. Pada tahapan ini anak cenderung menjadi egosentris yaitu melihat apapun menurut pandangannya sendiri. Disini anak sudah bisa diberikan alat peraga yang bersifat semi konkret.

Tahap operasional konkret pada usia 7-11 tahun dimana anak mulai mampu menggunakan logikanya. Anak sudah mampu berpikir logis dengan tugas menggabungkan, memisahkan, menyusun, mengelompokkan, mengurutkan, serta mengartikan informasi dari orang lain maupun lingkungan di sekitarnya.

Tahap operasional formal pada usia 11-15 tahun dimana anak sudah mampu berpikir tingkat tinggi, seperti berpikir secara deduktif, induktif, menganalisis, serta berpikir abstrak. Anak sudah mampu mengenali hal abstrak karena disini anak sudah mampu memahami konsep yang sebelumnya telah didapat.

Tugas kami lebih berfokus pada tingkat masa perkembangan di usia 2-7 tahun maupun 7-11 tahun. Disini anak harus sudah diberikan asesmen guna mengetahui kemampuan, kelebihan, kekurangan maupun kebutuhan anak. Dengan melihat hasil asesmen, kita akan mampu menyusun strategi pembelajaran bagi anak guna memenuhi kebutuhan pendidikannya sesuai usia perkembangannya.

#strategipembelajaranabk#plbuninus

Shodaqoh